”Gerimis diakhir bulan MEI”
“Tak terlerai gelisah
berkepanjangan,jikalau hanya bertuhankan perasaan.
Tak tergerai resah berkelanjutan,
jikalau perasaan tanpa dasar pemikiran.
Tak tercerai gundah berkesinambungan,
jikalau pemikiran tanpa cahaya Tuhan.”
Kutulis bait ini dalam rangkaian malamku yang panjang,
Ku ungkap getar ini dalam ragu yang
tertahan Untukmu seseorang yang tak kunjung memberi jawaban.Aku bersama semua
pengabdianku yang tertunda, bersama sepotong harapan yang tak akan sempurna
bila tidak juga kau beri jawab. Untuk engkau yang tak kutahu ada dimana dalam rangkaian
doa-doa istikharahku, Kelak bila kau sdh siap beri aq jawabn n izinkan senyumku
melebur bersama bakti dan taatku. Izinkan cinta dan kehormatanku, terpatri kuat
untuk menjaga kehormatanmu. Untuk engkau yang sedangberjang demi masa depan.
Ketahuilah bahwa Aku perempuanyang menunggumu. Nanti terangkanlah apa-apa yang
tak kumengerti darimu; Terangkanlah apa-apa yang tidak tersukai darimu; Agar
Aku menjadi perempuan yang paling kau banggakan melebbihi mereka yang silih
berganti dalam hidupmu selama ini. Untuk engkau yang juga masih sibuk dalam
istikharah. Bila nanti Allah rezekikan engkau untukku, maka semoga Aku juga
menjadi rezeki mulia untukmu. Bersamamu menyempurnakan separuh agama-Nya.
Menyemarakkan dakwah dengan para Jundi-jundi Allah. Aku bersama kesederhanaan
yang terbalut takwamu; Bersama menyongsong perjuangan ini. Yang karenamu, Allah
semakin sayang padaku,
Di pekatnya kegelapan akhir bulan
mei yang berhujan, dengan langkah-langkah rahasia, engkau berjalan, lenggang
seperti malam, menghindar dari pandangan dan menahan pandangan. Hari ini pagi
telah mengatupkan kedua matanya, tak mengacuhkan seruan angin timur yang
nyaring mendesau. Jikalau engkau memang belum mau memberi jawaban, bila engkau
tetap tak hendak berkata, serta memberi delta waktu yang cukup lama, akan kuisi
hatiku dengan keheninganmu dan merengkuhnya dalam setiap munajatku. Temukan aku
dalam istikharahmu, dan ‘kan kucari engkau dalam istikharahku. Namun bila kita
tidak saling bertemu, percayalah bahwa apa-apa yang tertulis untukku adalah
apa-apa yang terbaik untukmu, dan apa-apa yang tertulis untukmu adalah apa-apa
yang terbaik untukku. Ingatkah engkau dengan janji Allah.
Di sini, aku akan tetap istiqamah
dan menunggu dalam hiruk pikuk perjuangan diri, seperti malam dengan
bintang-bintangnya yang terus menatap dan menundukkan pandangan ke bumi dengan
sabar. Pagi pasti datang, kegelapan malam akan berlalu; lengkingan takbirmu
tetap akan mengalun bertaburan dalam gelombang-gelombang emas melintasi angkasa,.
Aku bangga padamu, wahai calon mujahidahku. namn nyatanya hadirku tak lebih
dari segerombolan abrahah yang hendak menghancurkan ka’bah, namun percayalah
meski demikian itu aku adalah khodijah yang akn selalu ta’at pada setiap
titahmu.
Wahai lelaki yang kuat hatinya,
kelak saat kau telah siap memberiku satu kepastian datanglah meski senjha telah
berganti malam karena sinar kebajikanmu menjadikan pekatnya malam bak mercusuar
yang akn sll terang ditengah hiruk pikuknya malam.
Wahai lelaki yang mulia htinya, saat
ini ku titipkan kau pada sang pemilik sejati, pemilik cinta kita, kelak saat
kau sudah siap akan kembali ku minta kau padaNya, namun tiba2 kerguan menyeruak
diantar pergulatan hati yang belum ada ikhlas sepenuhnya yha aku takut bila
saat ku minta kau sudah tak ada dtempat pertama kita bertemu kalaupun ada aku
takut takut skali kau sudah bersama yang lain memberikan segenap rasa yang
belum sempet kurasa darimu, lalu aku mesti bagaimna bila sudah begitu?
Aku benr2 sudah tak sunggup
meneruskan kata ini menjadi catatan diakhir bulan sebagai persembahan sebelum
aku benr2 berlalu n kau merayakn kepergianku, tangisku pecah menjadi saksi
perih atas cintaku sendiri yha cinta yg hanya bertepuk sebelah tangan n tak jua
ada jawab. Cinta yang kunjung ku dapati jawab dari tanya yg bergemuruh diantara
derunya angin yang tak lagi terarah, cinta yang menghancurkan segala asa kini hanya
menjadi momok menakutkan, menjadikanku perempuan lemah atas cintamu meski tak
pernah kau pinta begitu . .
Lalu lalu lalu aku harus menjadi apa
? aku harus bagaimana? Aku harus berbuat memberi kepastian yang ku mau?
Lelahkupun
bergama n akhirnya aku memilih untuk disini, diakasia ini sendiri tanpa kau
bahkan tak lagi kubutuhkn jawabmu . .
Hanya bait2 kata ini yang mampu ku
tulis sesaat sebelum aku benr2 berlalu, yha selmat merayakan kepergianku n
semoga kau bahagia bersama wnita-wanita cantik penghiburmu itu, aku tau halit
yang membuat kau tak kunjng mmbri jawab, karena kau takut tak menapat kasih
sayang dari wanita lain hngga meraka kan berlalu. Sedang adaku hanya brgini n
tak kkn bisa mmbrikan kepuasaan layaknya yg tlh kau daptkan dr mereka, yha karea
jelek wajahku pula yangmeneyebabkan kau diam bak batu n kmbali berfikir panjang
sblm memutuskan jawab untukku yha aku mmg terlalu memalukan untuk nerdiri
disampingmu. Berlalulah karena takku butukan bahagia itu, aku paztikan aku bisa
mendapatkan bahagia it driku meski hanya harus menjadi aktris yg pinter
berakting didepan semua org . . . .
“Menerawang hatiku kelangit luas
mencari bahasa sempurna nan menawan Ingin kugapai mahligai bahagia diantara
syair terindah yang pernah terangkai disudut hati yang terluka Ku tahu cinta
tak selamanya kan bahagia Ingin merasa meski hanya sesaat belaka Tak perduli
orang akan berkata apa…”
Terimakasihuntk semunya selama ini,
makaih untuk jawab yg tak pernah kau beri, semoga kau bis maknai cintaku lewat
kata yg berantakan ini, sejemput rindu ini mmg untukmu tapi ini adah rindu yang
terlarang maka biarkan ku simpan sendiri.
Makasih
juga untuk semua kebohongan2mu ynag kadang aku anggap sebuah kebenaran bahkan
kadang kebohonganmu ku anggap bukanlah sebuah kebohongan tapi sebuah
kesalahn meski hanya untuk mmbuat
ahatiku tenang karena kau takpernah sudi menjelasakan, bagimu semau sikp n
tuntutanku tak lebih pntg dari apa yang kau yakin benr, tapi pernahkan kau
berfikir wahai lelakiku, bahwa perihku tak tertahan n apa yang ku ucpkn adalh
benr tapi mengapa kau hanya tersenyum dan kemudian berlalu begitu sjha. Sejenak
coba baca kataku ini dg hati nuranimu n percayalah bahwa in adalah suara hati
yg tak pernah kau percyaa. Yha aku mmg begitu memujamu n sll mncoba memebelamu
kala mereka menertawaknmu tapi tapi, aku benar2 tak kuat menahan air mata ini.
bacalah kata ini n anggap bahwa aku sdg duduk dihadapanmu lalu berucap n memintamu menegarkanku smbil menangis bak
anakkecil ng merengek manja pada ibunya kala meminta sesuatu tapi enggan di
beri ymeski ku rag kau akn bnr2
mendengarkan aku berucap karena biasanya kamu akan berucap “fa’iq, aku
mouakgh dg tangisan gombalmu tak bisakah kamu diam n kemudian mendengarkanku n
menegrti posisiku?”
Setalah
ini kau bolh beranggapn apa sjha padaku karena adalh hakmu semaunya.
Mei, 12-08-12.
t